Assalamu’alaykum. Selamat pagi.

Selamat Tahun Baru Masehi 2017. Selamat datang di Tahun Baru. Selamat tinggal tahun 2016. Tetapi sebaiknya jangan hanya mengucapkan selamat tinggal kepada tahun 2016. Ucapkanlah juga terima kasih. Biar bagaimanapun 2016 adalah tahun yang sudah kita lewati dan sudah tentu tahun tersebut mengiringi banyak hal dan kejadian. Baik senang, sedih, bahagia, suka, duka, dan sebagainya. Kita ambil contoh hal yang bahagia yang terjadi ada tahun 2016. Bagi pendukung klub sepakbola Real Madrid atau yang biasa disebut madridista (mudah-mudahan tidak salah penulisannya, karena saya bukan pendukung Real Madrid), tahun 2016 adalah tahun yang menggembirakan. Bagaimana tidak, pada tahun 2016 El Real (sebutan Real Madrid) berhasil “membungkus” piala UEFA Champions Leageu (UCL) dan Trofi Piala Dunia Antar Klub untuk diangkut ke kota madrid. Ini salah satu contoh hal yang menggembirakan pada tahun 2016. Mungkin cukup satu itu saja untuk contohnya. Untuk hal sedih dan bebau duka saya rasa tidak perlu diberikan contoh. Karena tidak semua orang senang membicarakan hal tersebut.

Pagi di awal tahun ini saya berangkat dari Banjarmasin ke kota Amuntai untuk menjemut anak dan istri dengan “numpang” angkutan umum Mitsubishi L300 (colt). Iseng-iseng mungkin karena rasa bosan saya memperhatikan kondisi sekitar (teliti tapi santai). Ada beberapa kejadian yang bisa jadi catatan dan pelajaran bagi saya. Berawal dari hal yang sangat sederhana.

  1. Kejadian pertama yang dapat saya tangkap adalah tepat keluar dari kota Martapura, terjadi kecelakaan antara pengendara sepeda motor dengan mobil angkutan umum (semoga korban dapat diselamatkan dan tidak menyebabkan jatuhnya korban jiwa). Yang menarik bagi saya  adalah banyaknya warga yang berdatangan dan berkumpul di lokasi kejadian. Ada yang membantu membersihkan serpihan motor yang bertebaran di tengah jalan karena takut mengganggu penegndara lain yang melintas. Ada juga yang membantu mengevaluasi korban, sedangkan sebagian yang lain spertinya penasaran dan ingin meihat kondisi korban tapi malah takut untuk mendekat. Berdasarkan “fenomena” yang saya lihat saya berasumsi bahwa karakter orang yang terakhir saya sebutkan adalah karakter yang menunjukkan bahwa dalam diri manusia selalu ada rasa ingin tahu atau yang disebut kuriositas. Kuriositas ini yang menjadi sifat dasar manusia dan alasan bagi manusia dari zaman dulu sampai zaman sekarang untuk selalu memperhatikan, belajar, dan meniliti sehingga dapat terjadi perkembangan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Sedangkan karakter yang saya sebutkan sebelumnya (yang membersihkan dan mengevaluasi korban) juga merupakan karakter dasar yang ada pada manusia, yaitu rasa kepedulian sosial. Sifat ini yang kemungkinan bisa tertutupi oleh sifat negatif, misalnya egois. Sehingga kekuatan rasa peduli tidak sekuat kuriositas pada manusia. Rasa peduli harus selalu kita jaga. Ya, kita sendiri yang harus menjaga.
  2. Setelah memasuki kota Binuang perhatian saya tertarik pada penumpang lain yang duduk di depan saya atau tepatnya di baris pertama. Pemandangan dibaris pertama sangat kontras dengan apa yang terjadi dengan penumpang yang ada di belakang saya atau yang berada di baris ketiga. Penumpang yang ada di baris pertama adalah anak muda yang saya perkirakan usianya baru 20an, sedangkan yang dibelakang saya adalah kumpulan ibu-ibu yang usianya saya prediksi sudah lebih dari 50 tahun. Tentu beda generasi. Yang tampak adalah, penumpang di depan saya yang merupakan anak muda asik dengan dirinya masing-masing (tentu dibantu dengan gadget dan smartphonenya), sedangkan ibu-ibu di belakang saya adalah generasi yang mengerti bahwa selama ada manusia lain di sekitar kita, kita harus peduli. Sehingga pemandangan yang ada sangat kontras. Yang di depan sangat sunyi dan sepi, sedangkan yang di belakang sangat rame dengan obrolan mereka. Jika ditanya lebih baik yang mana, anda yang membaca tulisan ini mungkin bisa menilai dari sudut pandang masing-masing. Karena jawaban pertanyaan ini sangat relatif. Tetapi jika saya ditanya mana yang lebih saya sukai, saya akan menjawab rombongan ibu-ibu yang asik ngobrol di belakang saya. Mengapa? Jawabannya ada pada point nomor 3 (tetapi saya pastikan alasanny bukan karena jenis kelamin, hehe). Lanjut ke nomor 3. Cekidot!!!
  3. Berdasarkan obrolan ibu-ibu di baris an belakang saya, ternyata banyak yang bisa di ambil pelajaran. Misalnya, bagaimana kondisi di lingkungan sekitar masing-masing. Kemudian sekolah mana yang lebih baik. Jenis pendidikan seperti apa yang cocok bagi anak masing-masing dan banyak hal lain yang bisa didiskusikan lagi. Tetapi bagian yang paling penting dan mengejutkan dari mereka adalah ternyata setelah ditelusuri silsilah masing-masing, mereka adalah keluarga (meskipun tidak terlalu dekat berdasarkan silsilah). Sehingga dengan sendirinya mereka menambah list saudara yang ada di daftar keluarga mereka yang mungkin sebelumnya tidak tercatat. Inilah alasan mengapa saya lebih suka dengan kondisi ibu-ibu yang asik ngobrol di barisan belakang saya. Seandainya ibu-ibu tersebut asik memainkan smartphone dan gadget mungkin mereka tidak akan pernah tahu jika mereka adalah keluarga.

Mungkin ini yang bisa saya ceritakan pagi ini. Mohon maaf disini saya terkesan seperti “tukang nguping”. Tapi percayalah saya hanya ingin mendengar hal-hal yang baik dan menyenangkan. Bukan hal buruk, apalagi itu terkait aib orang lain.

Selamat pagi, selamat menikmati sarapan ketupat kandangan (karena pada saat saya mempiosting tulisan ini posisi saya ada di kota kandangan). Semoga bermanfaat.