Browsed by
Category: Tentang Cerpen

Struktur Cerpen “Perihal Menyederhanakan Cinta”

Struktur Cerpen “Perihal Menyederhanakan Cinta”

Minggu ini saya baru bisa sepenuhnya menikmati cerpen karya Rika yang terbit di Kompas, 28 Maret 2021. Kompas memperkenalkan penulis ini dengan identitas sebagai berikut: penulis novel, puisi, dan cerpen, menetap di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pernah menjadi peserta Kelas Cerpen Kompas dan salah satu cerpennya lolos kurasi buku antologi Cerpen Pilihan Kompas.

Cerpen Perlawanan Zaidinoor

Cerpen Perlawanan Zaidinoor

Cerpenis asal Kalsel yang karyanya pernah terbit di Kompas pun sedikit. Keberadaan mereka akan diuji oleh waktu. Salah satunya adalah Zaidinoor (selanjutnya saya sebut Zaid), cerpenis asal Hulu Sungai Tengah, yang tak pernah menulis cerpen untuk media lain, hanya untuk Kompas. Cerpenis ini pun tak begitu dikenal dalam ritual sastra Kalsel. Dia bukan cerpenis yang tenar di Kalsel. Paling tidak dalam rentang 2014-2021.

Intertekstualitas Teks Sastra

Intertekstualitas Teks Sastra

Ada dua cerpen yang terbit di Radar Banjarmasin pada waktu yang berbeda dianggap sebagai cerpen yang berbenturan. Cerpen pertama karya Jamal T. Suryanata (JTS), berjudul “Tsunami” (Radar Banjarmasin, 30/01/05) dan yang kedua karya M. Fitran Salam (MFS), berjudul “Apologia Wina”  (Radar Banjarmasin, 13/03/05). Cerpen kedua dipandang sebagai respons terhadap yang pertama, dan yang pertama dinilai sebagai respon negatif terhadap peristiwa bencana alam di Aceh oleh cerpen yang kedua. Tetapi bagi saya keduanya adalah dunia tekstual yang mempermainkan Wina. Wina dalam…

Read More Read More

Cerpen Multinarator dan Kritik Sastra Wangi

Cerpen Multinarator dan Kritik Sastra Wangi

Tulisan ini tidak bermaksud membela cerpen “Mata untuk Mama” (MuM) yang telah dikritik R. Ayuningrum (Radar Banjarmasin, 15 Mei 2005) sebagai cerpen yang inkonsisten dalam membangun tokoh karena menggunakan kata ganti yang berubah-ubah sehingga cerpen ini, menurutnya, sulit dipahami (lihat paragraf ke-3 dari tulisannya, “Bebas, Bukan Berarti Inkonsisten). Ketika “MuM” itu terbit, Ali Syamsuddin Arsyi mengirim SMS kepada saya. Menurutnya, bahasa cerpen ini mengalir lancar, alurnya zigzag, dan akhir ceritanya tak jelas. Selain dia, ada seorang teman di KPU Tabalong…

Read More Read More

Kotabaru dalam Cerpen Ratih: Cerpen sebagai Sejarah Alternatif

Kotabaru dalam Cerpen Ratih: Cerpen sebagai Sejarah Alternatif

Hampir dua tahun lebih kita tak membaca cerita pendek (cerpen) karya Ratih Ayuningrum, cerpenis dari Pulau Laut, Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel). Selama itu saya mengira Ratih telah berhenti berkarya setelah menikah. Dugaan itu jelas salah ketika kumpulan cerpen (kumcer)-nya yang kedua, Pelangi di Ujung Senja, diterbitkan Tahura Media (2013).

Anakronisme Cerpen “Geheugen Gallery”

Anakronisme Cerpen “Geheugen Gallery”

Setiap kali ada nama sastrawan dari Kalimantan Selatan (Kalsel) muncul di media cetak bertiras nasional atau media cetak yang terdistribusi secara nasional, saya ikut bangga karena kenyataan itu langka dalam arti tidak dapat terjadi setiap hari Minggu, hari sastra nasional di republik ini. Selain itu, mereka merepresentasikan keberadaan sastra Kalsel di media tersebut. Kemunculan mereka patut diapresiasi. Di antara ratusan nama sastrawan yang sering berjubel di antologi sastra lokal maupun nasional bantingan, nama sastrawan dari Kalsel yang mampu menampilkan karyanya…

Read More Read More

“Warna” Wacana Cerpen Hajriansyah

“Warna” Wacana Cerpen Hajriansyah

Sebagai sebuah tindak wacana, karya sastra, termasuk cerpen-cerpen Hajriansyah dalam kumpulan cerpen Kisah-Kisah yang Menyelamatkan (2016), bukan hanya merupakan representasi kebudayaan tetapi juga kritik terhadap kebudayaan. Cerpen Hajriansyah bukan hanya gambaran atau cermin pasif tentang sebagian kenyataan kebudayaan dan masyarakat tempat tinggal cerpenis tetapi juga sikap aktif cerpenis terhadap masyarakat dan kebudayaannya. Kondisi teks semacam ini menjadi ladang yang subur bagi ambiguitas, yang terbuka bagi banyak kemungkinan penafsiran. Tulisan ini hanyalah salah satu kemungkinan tafsir berdasarkan konteks yang saya pikirkan….

Read More Read More

Cerpen Antikorupsi Dewi Alfianti

Cerpen Antikorupsi Dewi Alfianti

Dewi Alfianti adalah salah satu penulis cerpen berbakat dari kalangan perempuan di Kalimantan Selatan. Putri sastrawan ternama Kalsel, Ajamuddin Tifani, ini bukan hanya menulis puisi, tetapi juga telah menulis sejumlah cerita pendek, naskah drama, dan esai-esai politik, pendidikan, dan kebudayaan. Karyanya lebih banyak tersebar di media regional, terutama di Radar Banjarmasin dan Media Kalimantan. Sebagai aktivitis antikorupsi, akhir-akhir ini ia mulai menulis cerpen tematik, yakni cerpen-cerpen antikorupsi. Tulisan ini mencoba menilai dua cerpennya yang bertema anti korupsi.