Berita

Berita

Sarasehan Budaya, Tiga Tokoh Seni Sastra Perbincangkan Polemik Tradisi Balamut Sainul Hermawan, Mengkaji Balamut Meraih Doktor LPM Warta Jitu Gelar Pelantikan Kepengurusan Dosen ULM: Tingkat Literasi di Tanah Bumbu Mengkhawatirkan Kritisi Teori Kelisanan, Pusat Studi Kebudayaan UGM Gelar Ngobrol Online Jurusan PBS FKIP Unlam Sukses Gelar Kuliah Umum Hadirkan Dua Penerus Gusti Jamhar Akbar, Tradisi Lamut Banjar Bisa Masuk Mulok

Struktur Cerpen “Perihal Menyederhanakan Cinta”

Struktur Cerpen “Perihal Menyederhanakan Cinta”

Minggu ini saya baru bisa sepenuhnya menikmati cerpen karya Rika yang terbit di Kompas, 28 Maret 2021. Kompas memperkenalkan penulis ini dengan identitas sebagai berikut: penulis novel, puisi, dan cerpen, menetap di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Pernah menjadi peserta Kelas Cerpen Kompas dan salah satu cerpennya lolos kurasi buku antologi Cerpen Pilihan Kompas.

Struktur Puisi “Cinta” dan “Kesedihan Puisi” Karya M. Aan Mansyur

Struktur Puisi “Cinta” dan “Kesedihan Puisi” Karya M. Aan Mansyur

Dalam banyak kumpulan karyanya, M. Aan Mansyur tidak pernah menyatakan kapan ia lahir. Para pembaca karyanya hanya diberitahu bahwa ia lahir di Bone, Sulawesi Selatan. Bekerja sebagai relawan di Komunitas Ininnawa dan pustakawan di Katakerja, di Makassar. Penyuka kopi, kucing dan jalan-jalan ini telah menulis sejumlah buku puisi dan prosa. Buku-bukunya yang sudah terbit antara lain: Hujan Rintih-rintih (2005), Perempuan, Rumah Kenangan (2007), Aku Hendak Pindah Rumah (2008), Cinta yang Marah (2009), Tokoh-tokoh yang Melawan Kita dalam Satu Cerita (2012),…

Read More Read More

Limau, Pisang, Rindu dan Formalisme

Limau, Pisang, Rindu dan Formalisme

Gusti Ardiansyah menerbitkan kumpulan puisinya yang pertama tahun ini, Titian Rindu Jalan Pulang (2021). Buku 92 halaman ini berisi 88 puisi karya pensiunan ASN ULM kelahiran Kandangan, Hulu Sungai Selatan 1957. Petani jeruk di Mandastana, Barito Kuala ini mengaku sudah suka bersajak sejak SD. Puisi dalam buku ini sebagian sudah dipublikasikan di antologi bersama dan media sosial. Karena itu, tema dan bentuknya sangat beragam. Sebagian besar puisi lirik, sebagian kecil puisi deskriptif, dan tak satupun puisi naratif.

Membaca Puisi dengan Konsep Formalisme

Membaca Puisi dengan Konsep Formalisme

Secara umum, penekanan fokus pada bentuk membatasi perhatian pada aspek representasi, imitatif, dan kognitif sastra. Sastra tidak lagi dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan mereprepresentasikan realitas atau karakter atau untuk memberikan pelajaran moral atau intelektual, tetapi dianggap sebagai objek otonom (memiliki hukumnya sendiri) dan autotelic (memiliki tujuan internal untuk dirinya sendiri). Selain itu, sastra tidak menyampaikan pesan yang jelas atau dapat diparafrasa; melainkan mengkomunikasikan apa yang tak terlukiskan. Sastra dianggap sebagai modus ekspresi yang unik, bukan perpanjangan retorika, filsafat, sejarah atau dokumen sosial dan psikologi.

“Jannani”, Rumah Mewah Imaji

“Jannani”, Rumah Mewah Imaji

Buku kumpulan puisi tematik Jannani karya Hudan Nur ini berisi 69 sajak yang ditulis dari 2002 sampai 2019, rentang waktu yang cukup untuk melihat dinamika estetika dan hal-hal lain di luarnya. Judul buku ini adalah judul sajak ke-46 dalam analekta karyanya itu. Sajak ini menceritakan kehidupan pribadi penyairnya. Pilihan ini tampak menegaskan buku ini persepsi pribadi Hudan atas apa dan siapa di kotanya. Meskipun sangat subjektif, persepsi bisa berfungsi untuk memahami apa yang mungkin pernah Hudan alami dan ketahui.

Cerpen Perlawanan Zaidinoor

Cerpen Perlawanan Zaidinoor

Cerpenis asal Kalsel yang karyanya pernah terbit di Kompas pun sedikit. Keberadaan mereka akan diuji oleh waktu. Salah satunya adalah Zaidinoor (selanjutnya saya sebut Zaid), cerpenis asal Hulu Sungai Tengah, yang tak pernah menulis cerpen untuk media lain, hanya untuk Kompas. Cerpenis ini pun tak begitu dikenal dalam ritual sastra Kalsel. Dia bukan cerpenis yang tenar di Kalsel. Paling tidak dalam rentang 2014-2021.

Batas Merdeka Belajar

Batas Merdeka Belajar

Kebijakan MBKM bukan biji tanaman unggul yang bisa bebas dan merdeka tumbuh di mana saja. Ia memerlukan tanah dan pemelihara yang tepat. Ada berapa banyak kampus di Indonesia yang karakteristik mahasiswanya merdeka dalam belajar dalam arti bahwa mereka selalu punya keinginan belajar melampaui harapan para pengajar mereka? Bukankah kemerdekaan yang diharapkan Mas Menteri sangat terkait dengan tingkat literasi mahasiswa? Prasyarat dasar bagi tercapainya misi kebijakan ini adalah literasi mahasiswa. Mahasiswa yang literasinya kaya pasti akan percaya diri untuk minta dibimbing demi memenuhi hak belajar mandiri tersebut. Jangan sampai terbalik, karena iming-iming pembiayaan, mahasiswa dipaksa untuk melakukan kegiatan yang bukan minatnya demi pencapaian semu kebijakan ini. Jika ini yang terjadi, kebijakan ini harus segera dievaluasi.