Dosen Pelit yang (Nyaris) Gagal

Dosen Pelit yang (Nyaris) Gagal

Sebagai bagian dari atmosfer demokrasi kampus, di ULM mahasiswa punya saluran resmi untuk menilai dosennya pada setiap akhir semester. Berikut ini mata kuliah yang saya ampu pada semester ganjil 2020/2021 yang dilakukan secara daring dan penilaian mahasiswa atas performa mengajar saya.

Evaluasi dosen oleh mahasiswa (Simari, 2 Feb. 2021)

Data ini bukan hanya penting bagi lembaga sebagai indikator tentang efektivitas pembelajaran daring tetapi juga penting bagi saya untuk menghibur diri saat dipuji mahasiswa dan untuk memperbaiki diri saat dinilai kurang oleh mahasiswa. Dari daftar ini tampak bahwa kinerja pengajaran saya pada semester ini relatif baik. Mungkin setara dengan nilai B+. Meskipun demikian, saya mendapatkan penilaian yang kurang di kelas A1 pada mata kuliah Menulis Kreatif Sastra dan Menulis Populer. Tulisan ini ingin memberikan respons atas penilaian kurang tersebut agar saran mereka mendapatkan konteks yang jelas.

Menulis Kreatif Sastra A1

Pada semester ganjil 2020/2021 saya mengajar mata kuliah Menulis Kreatif Sastra sendiri di dua kelas (A1 dan A2). Bagaimana saya mengajar antara lain dapat dibaca dalam refleksi saya pada tulisan sebelumnya (Baca: Refleksi Pembelajaran Menulis Kreatif Sastra 2020) Dari kedua kelas tersebut saya mendapatkan apresiasi yang cukup baik tetapi selalu saja ada yang kurang, terutama di kelas A1. Pada bagian ini saya akan menanggapi saran mahasiswa yang bersifat kritik dari kelas tersebut. Dari 40 komentar, hanya ada 9 tanggapan yang bersifat kritik. Berikut ini saran mereka. Di akhir saran mereka saya sertakan tanggapan saya.

  1. Sebaiknya tugas dalam bentuk meminta mahasiswa menilai karya diganti dengan tugas menulis karya saja agar kemampuan menulis lebih terasah. Selain itu, waktu pembuatan karya selama 5 hari (relatif singkat) dan menjadi satu di antara faktor mahasiswa menulis karya seadanya. Tempo itu semakin berkurang karena harus digunakan untuk mengerjakan tugas mata kuliah lain di pekan yang sama. [ Tanggapan saya: Tugas ini melatih mahasiswa berpikir tingkat tinggi. Dalam proses ini mereka harus menilai karya teman mereka berdasarkan konsep estetika puisi yang dapat mereka dapatkan dari banyak sumber daring. Proses ini berguna untuk menguatkan penguasaan mereka tentang konsep menulis puisi yang baik. Cara ini diharapkan berdampak besar saat mereka menulis puisi mereka sendiri. Mahasiswa yang penguasaan konsepnya bagus akan menilai karya teman mereka dengan baik dan menulis puisi dengan baik. Sebaliknya, mahasiswa yang penguasaan konsepnya rendah akan salah menilai dan puisi karyanya juga seadanya. Kunci sukses dalam menulis puisi sebenarnya mudah: banyak membaca puisi yang baik dan banyak berlatih. Selain itu, kegiatan menilai puisi yang ditulis berdasar cerita pendek secara tidak langsung bermaksud mempertemukan mahasiswa dengan cerita pendek, genre yang harus mereka tulis pada segmen kedua. Saya memilih nilai terbaik untuk semua tugas mereka. Faktor lain yang juga sangat menentukan nilai akhir mereka yaitu ketika mereka terus berusaha mempublikasikan karya mereka ke media cetak atau daring. Kelas ini tidak sekreatif kelas A2 dalam menjawab tantangan ini. Jadi, saran ini sangat bersifat pribadi. Untuk itu saya ingin juga menyarankan agar mahasiswa yang bersangkutan lebih kreatif, banyak membaca, dan banyak mencoba]
  2. Referensi karya sastra yang menunjang perkuliahan akan lebih bagus jika ditambah dari sastra luar yang diterjemahkan. [Tanggapan saya: Saran ini baik tetapi untuk mendapatkan bahan dalam format pdf tidak semudah yang disarankan]
  3. Standar Bapak untuk mahasiswa terlalu tinggi. [Tanggapan saya: Inilah cara saya menghormati mahasiswa saya setinggi-tingginya. Saya tidak punya ekspektasi dan pandangan rendah terhadap mahasiswa saya. Ini penting saya sampaikan kepada seluruh mahasiswa PBSI yang akan mengikuti kelas saya. Ketika Anda masuk kelas saya, saya junjung tingi martabat Anda dengan standar yang tinggi. Di kelas saya, Anda harus menulis dengan baik dan benar. Apa itu menulis yang baik dan benar? Akurat menulis kata, anti salah ketik, terampil menggunakan tanda baca, sistematis dan logis dalam menyampaikan gagasan, dan menghindari plagiasi. Sesederhana itu tetapi sebagian besar mahasiswa PBSI sangat kesulitan dalam hal ini. Kalau mereka sudah bisa mengatasi masalah ini, mendapatkan A sangat gampang di kelas saya. Ini bukan tuntutan yang berlebihan. Ini takdir mereka yang memilih Prodi ini. Mahasiswa di Prodi ini harus menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan ranah, fungsi, dan konteksnya. Baik dan benar dalam ranah ilmiah berbeda dari baik dan benar dalam ranah sastra, jurnalistik, dan percakapan sehari-hari. Baik dan benar di sini bukan baik dan benar dalam pikiran Satpam Bahasa yang sok. Baik dan benar yang diharapkan dalam kelas saya adalah baik dan benar yang komunikatif dan fungsional]
  4. Cara mengajar Bapak bagus tetapi saya sebagai mahasiswa cukup kesulitan untuk memahami keinginan Bapak. Entah materi Bapak terlalu sulit bagi saya atau memang saya yang kurang ilmu pengetahuan tentang mata kuliah yang Bapak ajarkan. [Tanggapan saya: Jawaban saya di atas mungkin juga respons bagi saran ini. Biarlah waktu yang kelak mematangkan pemahamannya tentang apa yang saya inginkan. Keinginan saya sederhana: menulislah dengan baik. Menulis dengan baik berawal dari kebiasaan membaca yang baik dan berlatih menulis sampai mati]
  5. Tolong Bapak jangan terlalu pelit dengan nilai kepada mahasiswa, dan tolong jangan terlalu berekspektasi kalau mahasiswa akan selalu memperoleh nilai yang baik dan bagus seperti apa yang Bapak harapkan karena tidak semua mahasiswa yang dapat cepat memahami suatu pelajaran [Tanggapan saya: Kalau saya pelit, mungkin banyak yang tidak lulus. Tugas saya hanya menerjemahkan kemampuan mereka menjadi indikator D, C, B, atau A. Nilai itu bukan dari saya tapi dari kemampuan mahasiswa. Nilai bukan hadiah dari kedermawanan pengajar. Nilai itu cerminan usaha setiap mahasiswa. Karena saya memang bukan dermawan nilai, maka pelit bukan kata yang tepat]
  6. Mata kuliah ini sangat menarik namun dosen memberi tugas dengan waktu pengumpulan yang sedikit tidak sampai seminggu biasanya hanya 5 hari, padahal mata kuliah ini utamanya menulis dengan mengarang yang harus membutuhkan waktu yang cukup untuk hasil yang sempurna [Tanggapan saya: Lima hari untuk menulis satu puisi apakah terlalu singkat? Relatif. Konon satu puisi bisa ditulis dalam 5, 15, 25, sampai 50 menit. Kecepatan untuk menghasilkannya juga sangat dipengaruhi oleh kandungan puisi dalam memori kreatif mahasiswa. Literasi sastra dan seni mereka sangat berpengaruh]
  7. Saran saya dalam perkuliahan ini, sebaiknya ketika memberikan nilai kepada mahasiswa siswa disertakan dengan letak kesalahannya di mana dan apa kekurangan dari tugas tersebut. Agar mahasiswa dapat memperbaikinya kembali. [Tanggapan saya: Silakan baca refleksi saya. Dalam mata kuliah ada tahap umpan balik. Pada tahap ini saya memberikan umpan balik umum tentang kesalahan kolektif yang harus dihindari. Saran ini entah berdasarkan apa]
  8. Saran saya untuk Bapak supaya lebih memahami lagi keadaan mahasiswanya [Tanggapan saya: Salah satu keadaan mahasiswa yang saya pahami adalah sebagian besar belum mampu menulis dengan baik. Padahal mereka berada dalam zaman gelimang sumber pengetahuan. Dalam zaman seperti ini hanya orang malas atau mengalami gangguan mental permanen yang tidak mau belajar dalam arti berusaha mengubah diri menjadi pribadi yang lebih baik, lebih kompeten. Karena pemahaman seperti itulah, saya tidak mau memasang target yang terlalu rendah tetapi dengan ganjaran nilai maksimal. Setiap kondisi zaman memerlukan tantangan yang berbeda. Saya juga paham bahwa pada masa pandemi sebagian mereka kesulitan, tetapi tak satu pun mahasiswa yang menjadikan kesulitan mereka menjadi sumber inspirasi menulis puisi atau cerita pendek, dua genre yang menjadi sasaran mata kuliah ini. Kesulitan pandemi tentu bukan hanya kesulitan mereka. Ada banyak orang yang berusaha bertahan dan berjuang melawan krisis ini. Kesulitan semacam ini jika dihadapi dengan kreatif, bisa mengantarkan kita ke hikmah yang sangat berharga: menjadi manusia yang lebih kuat menghadapi masalah]
  9. Semoga bisa lebih menghargai usaha mahasiswanya [Tanggapan saya: Ya, saya menghargai mahasiswa di kelas ini sesuai usaha mereka. Usaha mereka tampak pada seluruh rangkaian proses. Mustahil saya menyamakan mahasiswa yang usahanya C saya beri A. Jelas ini tidak adil. DI kelas ini setiap mahasiswa telah menuai usaha mereka masing-masing]

Menulis Populer A1

Mata kuliah diampu oleh dua pengajar: saya dan Dewi Alfianti. Saya mengajar cara menulis berita, Dewi mengajar menulis esai, resensi, dan feature. Ada 3 saran kurang dari 36 saran yang cenderung mengapresiasi dan memuji. Tentu saran yang kurang itu lebih banyak ditujukan kepada saya terkait sikap saya yang tak mau obral nilai. Berikut ini saran mereka dan tanggapan saya.

  1. Untuk Bapak Sainul tolong jangan terlalu pelit nilai dan untuk Ibu Dewi, ibu sangat baik (dan kebalikan dari Bapak Sainul) yang tidak pelit nilai [Tanggapan saya: Sekali lagi, saya tidak bisa pelit atau royal nilai tanpa dasar. Nilai yang diterima saya dasarkan pada kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Misal, dalam menulis berita, mahasiswa harus mampu membuat judul yang menarik, nilai berita yang tepat, teras berita yang menarik, ketepatan penulisan, dan kelengkapan unsur berita. Jika unsur-unsur tersebut mereka abaikan, maka sebenarnya mereka sendirilah yang pelit untuk berusaha lebih cerdas]
  2. Untuk penulisan berita mungkin selanjutnya dipertimbangkan untuk formatnya melalui media online. Mengingat penerbit-penerbit sekarang mayoritasnya menyesuaikan dengan zaman sehingga format berita lebih menjurus ke kalimat aktif dan kesesuaian SEO. [Tanggapan saya: Ada dua macam media online. Ada media online yang merupakan perpanjangan dari media cetak dan ada juga yang bukan. Mata kuliah ini lebih fokus untuk menyiapkan mahasiswa agar mampu bekerja untuk media luring dengan standar penyuntingan bahasa yang ketat. Jika terampil dalam hal ini, untuk menulis di media online tinggal menyesuaikan]
  3. Dosen cenderung terlalu ketat dalam mengajar sehingga mahasiswa sulit atau bahkan takut untuk bertanya materi yang tidak dimengerti. [Tanggapan saya: Dalam pemahaman saya, pemberi saran ini takut bertanya karena mungkin belum tahu cara bertanya yang baik. Pertanyaan yang bermutu, bukan sekadar bertanya basa-basi. Saran saya, cobalah bertanya sebanyak dan sebaik mungkin supaya ketakutan itu bisa berkurang. Dalam kelas saya, kemahiran datang bersama latihan]

Akhirnya, saya akui bahwa saya (nyaris) gagal mengajar kelas ini karena pelit memberikan nilai A. Dalam mata kuliah ini nilai A telah didaulat menjadi nilai kehidupan. Mahasiswa yang ingin meraihnya tidak bisa mendapatkannya di dalam kelas. Dia harus percaya diri sebagai insan kreatif yang karyanya layak dibaca publik, bukan cuma dosen dan kawan-kawannya di kampus. Dengan demikian, nilai A yang ingin saya berikan bukan A plasebo, tetapi A bergizi tinggi, A yang amazing!

Loktara, 2 Februari 2021

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *