Pembelajaran Cerpen di SMA
Ketika beberapa guru ditanya tentang pengalaman mereka menerapkan kurikulum 2013, sebagian kecil merasa bahwa kurikulum ini merepotkan, terutama dalam pembelajaran sastra, sementara pada tingkatan dan semester tertentu mereka diharapkan untuk melakukan kegiatan pembelajaran sastra. Misalnya di kelas XI semester 1.
Pembelajaran sastra sangat dominan disajikan di kelas XI semester 1. Dua topik utamanya adalah pembelajaran cerita pendek (cerpen) dan pantun. Berdasarkan buku siswa yang ditulis oleh Maryanto dkk, dalam pembelajaran cerpen, siswa diharapkan dapat membaca, membedah, memahami kaidah kebahasaan, menafsirkan makna, menelaah proses kreatif, memahami karakter, mengonversi, sampai mampu menulis cerpen. Sungguh ini kegiatan pembelajaran yang sangat menarik jika guru dapat memilih bahan yang menarik dan melakukan pembelajaran dengan cara yang juga menarik. Tentu tidak semua cerpen mena-rik bahkan teks cerpen yang disarankan buku pelajaran tersebut belum tentu menarik dan mudah dipahami oleh siswa.
Untuk mencapai pembelajaran yang menyenangkan, mintalah siswa memilih salah satu cerpen yang ingin mereka baca dari daftar yang telah disediakan oleh guru. Misalnya berikan lima pilihan cerpen. Jika tak satupun dari daftar itu menarik minat mereka untuk membicarakannya, berikan kebebasan bagi mereka untuk membuat daftar cerpen pilihan versi mereka yang juga terdiri atas lima cerpen yang salah satunya harus dipilih oleh guru untuk dijadikan bahan pembelajaran. Bukan hanya menyediakan daftar, tapi baik guru maupun siswa juga harus menyiapkan teksnya yang dapat dibaca dengan mudah. Halaman ini bersedia menampung teks cerpen pilihan guru. Silahkan kirim ke email saya untuk didigitalkan dan ditampilkan di sini. Sertakan informasi yang cukup mengenai judul cerpen, dipublikansikan di mana, kapan, dan halaman halaman berapa. Atau isi formulir digitalisiaisi cerpen untuk pembelajaran sastra di SMA/MA/SMK.
Setelah siswa atau guru mendapatkan cerpen yang akan dipelajari, ajaklah siswa mengamati pembacaan cerita pendek oleh tokoh-tokoh publik atau sastrawan terkenal. Sebagai contoh, ajaklah mereka menyaksikan cara Butet Kartarejasa membaca cerpen “Aku Pembunuh Munir” dan cerpen “Tukang Pos dalam Amplop” karya Seno Gumira Ajidarma; Abimana Aryasatya membaca cerpen “Sepotong Senja untuk Pacarku” karya Seno Gumira Ajidarma; dan Dian Sastrowardoyo membaca cerpen “Jawaban Alina (Bagian 1)” karya Seno Gumira Ajidarma. Jika guru atau siswa memiliki kemampuan membaca cerpen secara ekspresif dan dramatik, contoh dari video itu dapat diabaikan. Sebelum mereka menyaksikan video pembacaan cerpen, mereka sebaiknya dianjurkan membaca cerpen yang akan disaksikan videonya.
Amati reaksi mereka, apakah mereka sangat tertarik? Diskusikan apa saja yang membuat mereka tertarik? Setelah mereka mendapatkan simpulan tentang bagaimana pembacaan cerpen yang menarik, baru minta mereka untuk membaca secara ekspresif. Videokanlah pembacaan cerpen yang mereka lakukan untuk dijadikan bahan diskusi. Siswa diminta menilai pembacaan. Dalam proses saling menilai inilah ada penanam nilai kritis dan sportifitas.
Inilah salah satu keuggulan pembelajaran berbasis sastra yang multimakna. Pembelajaran sastra memberikan tiga manfaat pembelajaran sekaligus, yaitu pembelajaran bahasa, sastra, dan budaya. Manfaat ini tidak dapat diperoleh dari pembelajaran yang hanya fokus pada pelajaran bahasa.
Untuk mengimbangi penggunaan cerpen yang kurang memberikan ruang yang cukup bagi cerpen lokal, saya ingin merekomendasikan cerpen-cerpen lokal berikut ini: Hajriansyah, Zaidinoor, Sandi Firly, Aliansyah Jumbawuya, Jamal T. Suryanata, Aliman Syahrani, Nailiya Nikmah, Hatmiati Masy’ud, Ratih Ayuningrum, Dewi Alfianti, dan Miranda Seftiana.
Pembelajaran cerpen yang dimulai dari pembacaan ekspresif mengingatkan kita bahwa keterampilan berbahasa awal yang harus dilatih adalah berbicara dan mendengar sebelum melangkah ke tahap yang lebih sulit yakni membaca dan menulis. Dimulai dengan membaca, kemudian dilanjutkan dengan memahami kemungkinan adanya kata-kata yang sulit, dan setelah itu diteruskan dengan menilai unsur-unsur intrinsiknya, dan bagaimana intrinsikalitas itu mengungkap ekstrinsikalitas apa yang terkait dengan intrinsikalitasnya. Contohnya bisa dibaca pada esai cerita korupsi dalam cerpen Dewi Alfianti. Setiap teks selalu terbuka untuk ditafsirkan dengan beragam cara pandang karena makna teks sebagian ada di pikiran pembacanya.
Menghadapi penafsiran yang berbeda, guru harus bersikap terbuka, membe-rikan waktu yang adil bagi setiap perbedaan pendapat mengenai teks cerpen dan menghidari simpulan Membahas intrinsikalitas tidak harus dengan cara menulis, bisa juga secara lisan. Cara yang dipilih harus mempertimbangkan efektifitas.
Pembelajaran cerpen bisa diakhiri dengan meminta siswa membuat karya lain, seperti naskah drama, puisi, gambar tokoh dan latar, dan lain-lain sesuai keadaan siswa. Dengan pembelajaran ini, pelajaran sastra bukan semata-mata pelajaran keterampilan berbahasa melainkan juga latihan berpikir kreatif dan kritis serta mengasah mentalitas sebagai manusia yang berkarakter unggul yang menjadi cita-cita bersama bangsa.
Muara pembelajaran mengharapkan siswa mampu menulis cerpen. Sebagai latihan awal, siswa diminta membuat cerpen baru sebagai respon kreatif atas cerpen yang telah dibaca. Cara ini cukup membantu siswa yang kesulitan menemukan ide cerita baru beserta semua perangkatnya. Dengan tiga kegiatan pembelajaran ini, mestinya sudah banyak generasi cerpenis yang dapat dihasilkan oleh sekolah.
Mengonversi Cerpen
Salah satu cara melatih siswa menulis cerpen adalah dengan latihan me-ngonversi cerpen menjadi cerpen lain, karya sastra lain, atau karya seni yang lain. Dalam pelajaran mengonversi cerpen siswa dapat diminta menulis cerpen dengan mengembangkan cerpen yang sudah ada. Latihan ini pernah dilakukan oleh Nauka N. Prasadini, siswa SMAN 2 Banjarbaru yang menulis cerpen “Akhirnya Karsim Bertemu dengan Sang Tikus”. Cerpen karya Nauka merupakan pengembangan cerpen “Akhirnya Karsim Menyeberang Jalan” karya Ahmad Tohari. Cobalah para guru menawarkan sejumlah cerpen lokal atau nasional untuk dikembangkan lebih jauh. Sebagai latihan bagi penulis pemula, cara ini cukup menarik. Sebelum mulai menulis, siswa harus membaca tuntas dan teliti cerpen pilihan mereka. Mintalah mereka membuat garis besar pengembangan cerita yang akan mereka lakukan dan mintalah mereka mengemukakan alasan. Apakah mereka akan mengembangkan makna yang sama dengan cerpen yang menjadi rujukannya atau berbeda.
Selain mengonversi cerpen, siswa juga bisa diminta menulis cerpen yang ditulis berdasarkan karya sastra yang lain atau karya seni yang lain. Seno Gumira Adjidarma sangat jago dalam hal ini. Misalnya cerpen “Selamat Malam Duhai Kekasih”, dll…. Beberapa cerpenis Kalsel menulis cerpen berdasar mitos dari cerita rakyat. Untuk para guru di Kalsel bacalah cerpen tentang mitos Kuyang, senja kuning, dan hantu yang telah menjadi beberapa cerpen. Dengan mengajak siswa membaca cerpen berlatar budaya setempat, pembelajaran bahasa akan menarik perhatian mereka untuk mengenal lebih dekat sejarah kebudayaan di mana mereka berada (Jika Anda memiliki contoh-contoh lain, kirimkan via email saya untuk ditayangkan di sini.
Tugas guru bahasa dan sastra sangat penting dalam pembelajaran menulis cerpen adalah sabar membaca dan memberikan umpan balik sebagai bentuk apresiasi agar siswa termotivasi untuk menulis. Jika tulisan siswa dimuat di media cetak tertentu berilah apresiasi meskipun hanya sekadar dengan ucapan selamat dan ikut berbangga.
Sebagai latihan awal, mintalah mereka menulis cerita pendek minimal 500 kata. Beberapa aplikasi berbasis android sekarang dapat digunakan dengan mudah (misalnya Writer Plus, Google Doc, dan WPS Office). Siswa bisa langsung memeriksa berapa kata yang mereka telah tulis dan bisa langsung mengirimkan hasilnya kepada guru melalui email, WA, dan media sosial lainnya. Guru pun bisa membaca di mana dan kapan saja.
Berikut ini beberapa tautan untuk mendapatkan cerpen secara online:
- Cerpen Koran Minggu
- Kumpulan Cerpen Kompas
- Kumpulan Cerpen Kompas 2014
- Kumpulan Cerpen Kompas 2015
- Kumpulan Cerpen Koran Tempo 2015
- Kumpulan Cerpen Koran Media Indonesia 2015
- Kumpulan Cerpen Koran Suara Merdeka 2015
- Dokumentasi Sastra Kalimantan Selatan