Literasi Sastra Mahasiswa PBSI FKIP ULM 2020
Pada semester ganjil 2020 saya mengajar mata kuliah Teori Sastra lagi di Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Kelas ini diikuti oleh 95 mahasiswa baru angkatan tahun 2020.
Menjelang semester ini berakhir, pada Desember 2020, saya melakukan survei literasi sastra untuk mengetahui seberapa dekat mereka dengan sastra sebagai bekal penting untuk menghadapi mata kuliah terkait pada semester selanjutnya. Survey ini bukan hanya bermanfaat bagi program studi untuk membuat kegiatan yang dapat menunjang peningkatan literasi mereka tetapi juga dapat digunakan sebagai bahan refleksi oleh sekolah menengah secara umum terkait dengan pentingnya literasi secara umum.
Survey ini diikuti oleh 81 mahasiswa yang dalam angket tersebut teridentifikasi sebagai lulusan sekolah menengah tahun 2019 (16 %) dan 2020 (84 %). Mereka sebagian besar perempuan (85,2 %). Sebagian besar nilai akhir mata pelajaran Bahasa Indonesia mereka di Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional lebih dari 80 (87,7 %).
Sebagian besar mereka berasal dari sekolah menengah di Kalimantan Selatan (Kalsel), terutama dari Banjarmasin (23,5 %) dan Barito Kuala (12,3 %). Di antara mereka juga ada yang berasal dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, dan Jawa Timur dalam jumlah tidak sampai 5 %. Sebagian besar mereka (84 %) mengaku tinggal di kota atau kabupaten yang memiliki perpustakaan tetapi mereka bukan anggota perpustakaan tersebut.
Literasi sastra dalam tulisan ini termasuk literasi membaca dan menulis karya sastra. Hasil survey ini dapat dijadikan acuan baik oleh pengajar di lingkungan PBSI FKIP ULM maupun para pemangku gerakan literasi sastra di Kalsel. Untuk konteks prodi, kondisi ini perlu diantisipasi agar sebisa mungkin melibatkan penggunaan karya sastra dalam mata kuliah kebahasaan dan pengajaran agar prodi ikut memberikan solusi konkret bagi masalah rendahnya budaya baca yang dihadapi bangsa ini.
Survey ini ingin mengetahui genre sastra apa yang mereka sukai? Siapa yang berperan menumbuhkan minat dan kesukaan membaca karya sastra? Sejak kapan mereka mulai berminat membaca karya sastra? Bagaimana cara mereka mendapatkan bacaan sastra? Survey ini hanya fokus pada empat genre sastra umum: puisi, cerpen, novel, dan drama.
Sebagian besar menyukai novel (84 %) dan kurang menyukai puisi (27 %). Kesukaan mereka pada novel tampak pada kepemilikan responden atas genre ini. Hanya 38,3 % responden yang mengaku tidak punya koleksi novel dan 23,5 % yang mengaku memiliki koleksi novel lebih dari lima buku. Sebagian besar mereka (81,5 %) membaca novel karya novelis luar Kalsel dan 8 responden mengaku telah membaca novel karya novelis dari Kalsel dan 20 responden mengaku telah membaca novel terjemahan.
Hanya ada dua novel karya novelis Kalsel yang mereka baca yakni Sang Pangeran karya Randu Alamsyah dan Malak karya Ewin Edhia. Sedangkan novel nasional yang telah mereka baca sebagai berikut: Mama karya MQ Maria, Sujudku yang Tersembunyi karya Garina Adelia; Dilan 1990, Dilan 1991, dan Milea karya Pidi Baiq; Geez dan Ann karya Nadhifa Allya Tsana; Perahu Kertas karya Dee Lestari, Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, Mariposa karya Luluk HF; Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin, Hujan, About Love, Hafalan Shalat Delisa, Berjuta Rasanya, Bumi, Bulan, Komet, Matahari, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Negeri di Ujung Tanduk, Tentang Kamu, dan Sunset & Rosie karya Tere Liye; Laskar Pelangi, Edensor, Ayah, dan Sang Pemimpi karya Andrea Hirata; London Love Story dan Magic Hour karya Tisa TS, Surat Kecil untuk Tuhan karya Agnes Davonar, Janji Hati karya Elvira Natali, Perjalanan Panjang Menuju Pulang karya Pipiet Senja Bidadari Surga karya Ustadzah Halimah Alaydrus, Eiffel i’m in love karya Rachmania Arunita, Kata karya Rintik Sedu/Tsana, Invalidite, Sin, dan The Prince’s Escape karya Faradita; Pada Senja yang Membawamu Pergi, Senja, Hujan, & Cerita yang Telah Usai, dan Surat Kecil untuk Ayah karya Boy Chandra; Mozachiko karya Poppi Pertiwi), Catatan Harian Indigo karya Nony Nurbasith, Sakura yang Terpilih karya Setia Furqon Kholid; Tak Ada Nasi Lain karya Suparto Brata, Noto Tragedi, Cinta & Kembalinya sang Pangeran karya Prijono Hardjowirogo; Garis Waktu karya Fiersa Besari, Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer, Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Ketika Cinta Bertasbih dan Ayat-Ayat Cinta karya Habiburrahman El Shirazy, La Tahzan for Girls karya Najla Mahfuzh), Refrain karya Winna Efendi, Mencari Tepi Langit karya Fauzan Mukrim; Padang Seribu Malaikat karya Izzatul Jannah, Atheis karya Achdiat Karta Mihardja, Sketsa Terakhir karya Kei Larasati dan Vanny PN, Everything Has Changed karya Gita Kumala, dan Jugun Ianfu / Jangan Panggil Aku Miyako karya E. Rokajat Asura; Embun di Atas Daun Maple karya Hadis Mavlana; Pulang, 9 dari Nadira, dan Laut Bercerita karya Leila S. Chudori; Cinta Tak Pernah Tepat Waktu oleh Puthut EA; Supernova karya Dee Lestari, Keluarga Adhiyaksa karya Carissa Aznii; Southern Eclipse karya Asabell Audida; Ayah Pemilik Cinta yang Terlupakan karya Eidelweis Almira, Bulan Terbelah di Langit Amerika karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra; Cyber Ghost karya Tasyarani Aca, First Girl dan Third Party karya Luna Torashyngu; Cybertron; Guardian of The Legends karya Hamid Hamka; Catatan Hati Seorang Mahasiswa karya Alief Aurum; Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi; Kambing Jantan karya Raditya Dika; Omong Kosong yang Menyenangkan karya Robby Julianda; Mentari hati karya Yazmin Aisyah dan Ally Jane; Second Chance karya Glen Alexel; Perfect Love karya Hana Sutresno, Pelangi Jingga karya Isyika Syukria, Cinta Masih Ada dan Nenek Galau karya Embar T Nugroho; Another Serendipity karya Lia Permata, Jika Cinta Dia karya Koko Ferdie, Secret Admirer karya Sutry Istianie; Tapak-Tapak Cinta Ilahi karya Aisya Azzahra, Cinta Afika karya Melia Love; Ada Kamu Aku Happy karya Della Amanda, Fashion Terrorist Princess karya Vitria Apple, I Feel You karya Yc Larisa RM, Rahasia Kyla karya T. Sandi Situmorang, Carrying Your Heart karya Pia Devina, Aku, Kamu, dan Hujan karya Anita Sari, Till its Gone karya Kezia Evi Wiadji, Loving You karya Irene Widelia, Sahabatmu yang Mencintaimu karya Rairaa Chandelion, Before It’s Too Late karya Luqman Hakim, Air Mata Terakhir Bunda karya Kurana Kejora, Para Pelukis Langit karya Bung Pram; Manusia Setengah Salmon oleh Raditya Dika; Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburrahman El Shirazy; Jika Kita tak Pernah Jatuh Cinta karya Alvi Syahrin, Laila Majnun karya Nizami; Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy); Konspirasi Alam Semesta karya Fiersa Besari; Geez & Ann karya Rintik Sedu, Game Over karya Valerie Patkar, Thank You Salma karya Erisca Febriani. 5 cm karya Donny Dirgantoro, Dear Nathan Hello Salma karya Erisca Febriani, Osis Girl and Troublemarker karya Aqilah Tisalsabilah, Samantha karya Risa Saraswati, Bucin Universe karya Idris han, Cahaya Cinta Pesantren karya Ira Madan, Marmut Merah Jambu dan Manusia Brontosaurus karya Raditya Dika; Senandung strawberry karya Delisa Novarina dan Yang tak Terlupakan karya Rini Zabirudin, Fantasteen: Lucid Dream karya Ziggy Zezsyazaeoviennazabrizkie, London karya Windry Ramadhina.
Novel terjemahan yang telah mereka baca sebagai berikut: Journey to Islam karya Ayana Jihye Moon, Solo Leveling karya Chu-Gong, Yahari Ore no Seishun Love Comedy wa Machigatteiru karya Watari Wataru, Percy Jackson karya Rick Riordan, Harry Potter karya J.K. Rowling, Silence karya Akiyoshi Rikako, Rest in Popularity karya Tonya Harley, Shiver karya Maggie Stiefvater, Greenglass House karya Kate Milford; The Lord of the Ring dan The Hobbit karya J.R.R Tolkien Penyihir Oz karya Kuman Frank Baum, Alice’s Adventure in Wonderful Land Karya Lewis Carroll, Harry Potter dan Batu Bertuah karya J.K Rowling, Pencuri Petir karya Rick Riordan, P. S. I Like You karya Kasie West, The Girl on Paper karya Guillaumre Muso, Birdman karya Mo Hayder, Lolita oleh Vladimir Nabokov, Nightmare Academy karya Dean Lorey, Le Petit Prince karya Antoine De Saint-Exupery, Credit Roll of the Fool karya Yonezawa Honobu, Teror Mainan karya R.L Stine, SHEILA : Luka Hati Seorang Gadis Kecil karya Torey Hayden, Kesaksian si Pria Bungkuk karya Sir Arthur Conan Doyle, Time Slip Princess karya Fuyutsuki Hikari, Dracula karya Bram Stoker, Tintenherz Inkheart karya Cornelia Funke.
Ketidaksukaan mereka pada puisi juga terungkap pada pengakuan mereka terkait dengan jumlah koleksi buku puisi yang mereka miliki. Sebagian besar mereka tidak memiliki koleksi buku puisi (82,7 %). Hanya sebanyak 17, 3 % yang mengaku punya koleksi buku puisi sebanyak kurang dari lima buku. Ironisnya, hanya 12,3 % dari mereka yang pernah membaca puisi karya penyair dari Kalimantan Selatan (Kalsel). Artinya, pembelajaran puisi yang mereka alami belum banyak yang menggunakan puisi karya penulis Kalsel.
Puisi dari Kalsel yang mereka baca: “Kabar dari Rajawali” karya Edi Santosa, “Nyanyian Sebatang Pohon” karya Syarif Hidayatullah, “Hutan Penuh Air Mata” karya Rusdi Fauzi, “Meminang Rindu di Laut yang Berpeluk” karya Gusti Indra Setyawan. Sedangkan puisi karya penyair nasional yang telah mereka baca yaitu karya Chairil Anwar (Doa, Aku, Diponegoro, Krawang Bekasi, Cintaku Jauh di Pulau, Penerimaan dan Kesabaran), Sapardi Djoko Damono (Aku Ingin, Hujan Bulan Juni, Sajak-sajak Kecil tentang Cinta, dan Pada Suatu Hari Nanti), WS Rendra (Sajak Rajawali), Diah Hadaning (Sungai Penghabisan), Aan Mansyur (Yang Mencintai Diri Sendiri dan Sajak Saat Hujan), Goenawan Mohamad (Jangan Lagi Engkau Berdiri), Widji Thukul (Sajak Suara, Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu), Sitor Situmorang (Jakarta 17 Agustus 45 dini hari) Sudarto Bachtiar (Malam Laut), D. Zawawi Imron (Ibu), dan Amir Hamzah (Ibuku Dahulu). Puisi karya Chairil Anwar dan Sapardi Djoko Damono paling banyak dibaca. Pengalaman 81 responden survei ini dalam pembelajaran sastra di sekolah mereka akan disajikan dalam halaman sendiri.
Bagaimana minat mereka pada genre cerpen dan drama? Tampak pada grafik 1 bahwa mereka lebih menyukai drama. Hanya 4 responden yang mengaku pernah membaca cerpen karya cerpenis Kalsel. Cerpenis yang karyanya mereka baca sebagai berikut: Nailiya Nikmah JKF (cerpen “Dua Jam di Sudimampir”, dan “Rindu Rumpun Ilalang”), Hajriansyah (cerpen “Telimpuh”), dan Khaliza Nur Amalia (cerpen “Janji Ayah untuk Kamelia”).
Cerpen nasional yang paling banyak dibaca oleh mereka antara lain karya Ahmad Tohari (“Senyum Karyamin”, “Mata yang Enak Dipandang”, dan “Si Minem Beranak Bayi”). Selain itu, mereka juga telah membaca cerpen-cerpen karya Eka Kurniawan (“Dewi Amor”, “Tak Ada yang Gila di Kota ini”, “Cinta Tak Ada Mati”, dan “Si Cantik yang Tak Boleh Keluar Malam”); cerpen karya Agus Noor (“Mata Mungil yang Menyimpan Dunia” dan “Piknik”); “Cinta dalam Diam” karya Asma Nadia, dan “Cinta dalam Istikharah” karya karya Abidah El Khalieqy. Tak ada responden yang pernah membaca cerpen terjemahan.
Mereka mengaku bahwa peran sekolah terhadap pembentukan kesukaan mereka pada sastra sebesar 14,8%. Sebagian besar mereka mulai berminat membaca karya sastra sejak SMP (48,1%). Cara mereka mendapatkan bacaan sastra sangat beragam. Namun, sebagian besar mereka mendapatkan bacaan sastra dengan cara mengunduh dari internet (69,1%)
Demikianlah beberapa ringkasan penting survei ini. Bagi Prodi kami, data ini sangat penting sebagai landasan untuk memilih bahan ajar yang kontekstual untuk mata kuliah yang memerlukan penggunaan karya sastra. Selain itu, data ini juga penting sebagai dasar membuat program peningkatan resepsi sastra terhadap karya-karya lokal serta dapat dipertimbangkan sebagai landasan untuk menyeleksi mahasiswa baru pada penerimaan tahun 2021. Dalam beberapa kasus, literasi mahasiswa yang rendah juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keterlambatan penyelesaian studi. Literasi yang baik diyakini mampu membantu mahasiswa melakukan analisis dan menyajikan data penelitian dengan baik sehingga proses penyelesaian tugas akhir mereka cepat. Mata kuliah kesastraan di Prodi ini (Teori Sastra, Sejarah Sastra, Kritik Sastra, Menulis Kreatif Sastra, Sanggar Sastra, Penelitian Sastra dan Pengejarannya) memiliki peran strategis untuk menyeimbangkan minat mereka terhadap berbagai genre sastra (lokal, nasional, dan dunia). Peran perpustakaan prodi, fakultas, dan universitas perlu dimaksimalkan terutama dalam hal penyediaan sumber digital yang hak bacanya telah dibeli oleh ketiga pihak tersebut.