Sunardi

Catatan seorang dosen biasa…

Sunardi
Tak Berkategori

Menyongsong ULM sebagai Pusat Unggulan Lahan Basah Nasional

Alhamdulillah proses suksesi di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) telah selesai sampai dengan terpilih dan dilantiknya empat Wakil Rektor yang baru. Rektor ULM, Prof. Sutarto Hadi, sebagai nahkoda ULM yang baru (lagi) bersama wakil rektor yang baru akan menjadi leader untuk mencapai mimpi ULM empat tahun ke depan. Tahun 2019 yang sebentar lagi datang adalah tahun penentuan dan tonggak untuk ULM semakin terkemuka dan berdaya saing khususnya dalam bidang lahan basah, sesuai dengan visi dan misinya. Jika mengikuti tonggak capaian (milestone) yang telah dirumuskan oleh ULM, maka tahun 2019-2023 adalah era ketiga untuk ULM, yaitu menuju ULM sebagai pusat unggulan pengembangan lahan basah nasional.

Mengingat target capaian tahun 2022 yang dikemukakan Rektor ULM saat penyampaian visi misi calon rektor beberapa bulan yang lalu, ada beberapa target besar yang harus dicapai oleh ULM, yaitu ULM terakreditasi A (unggul), ULM masuk ranking 35 untuk level nasional (tahun 2018 ULM menempati peringkat 55), dan ULM menjadi PTN-BH (saat ini ULM masih Satker). Tiga target besar tersebut akan menjadikan ULM sebagai institusi yang benar-benar mampu terkemuka dan berdaya saing.  Untuk mencapai target tersebut, target turunan yang harus dicapai oleh ULM sebagai prasyarat juga cukup banyak, antara lain jumlah doktor dan guru besar meningkat, jumlah publikasi nasional dan internasional bertambah, jumlah program studi yang terakreditasi A meningkat (saat ini prodi terakreditasi A berjumlah 21, meningkat tajam dari tahun 2014 yang hanya 2 program studi), adanya program studi yang terakreditasi internasional (minimal 5%), serta ULM harus menjadi universitas riset (Research University) khususnya dalam bidang lahan basah.

Apa saja yang harus dilakukan ULM untuk merealisasikan mimpi-mimpinya? Mau tidak mau adalah ULM harus berlari dan melompat lebih tinggi dalam empat tahun ke depan. Hal pertama yang harus dilakukan adalah konsolidasi internal agar pengelolaan lembaga semakin efektif, efisien, transparan dan akuntabel menuju ULM sebagai perguruan tinggi dengan tata kelola yang baik (Good University Governance).  Untuk menjadi universitas kelas dunia (World Class University), budaya mutu  harus segera diimplementasikan. Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) dan Satuan Pengawas Internal (SPI) akan berperan besar dalam proses tersebut. LPM bertugas mengawal implementasi Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) dan SPI mengawal transparansi dan akuntabilitas lembaga agar selalu mencapai predikat wajar tanpa pengecualian. Rektor dan wakil rektor sebagai punggawa tertinggi tidak hanya berperan sebagai komandan barisan perang. Jabatan tersebut juga harus menjadi posisi strategis yang harus mampu melumasi setiap bagian mesin organisasi agar bergerak lebih kencang dan sinergis, dan kalau perlu membuang rem-rem yang selama ini kadang menjadi penghambat kemajuan ULM.

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sejak beberapa tahun telah mengamanatkan kepada semua perguruan tinggi untuk menerapkan SPMI melalui UU No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang dioperasionalkan melalui permenristekdikti No. 62 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.  Dalam SPMI, semua aras/level pendidikan tinggi harus memiliki dan menerapkan Standar Pendidikan Tinggi sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) dan Standar Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh perguruan tinggi tersebut yang harus melebihi SNPT yang ditetapkan pemerintah.

Dalam bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi, ULM harus benar-benar mengimplementasikan secara konsisten SPMI minimal dengan menetapkan dan melaksanakan 24 Standar Dikti dalam hal pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Pengintegrasian Informasi Teknologi (IT) serta pengembangan e-learning yang telah dimulai dengan cukup baik harus digenjot lebih keras untuk lebih siap menghadapi Era Revolusi Industri 4.0. Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tidak hanya selesai dalam bentuk publikasi dalam jurnal tetapi juga bisa terintegrasi dengan pengajaran sehingga semakin banyak produk buku (ajar) berbasis riset dosen dan dampak bagi masyarakat semakin terasa. Kerja sama dalam dan luar negeri tidak hanya berhenti pada penandatanganan MoU tetapi harus semakin terasakan manfaatnya melalui tindak lanjut kegiatan yang nyata terutama dalam mendukung Tri Dharma.

Dalam hal sumber daya manusia, peningkatan kuantitas dan kualitas harus lebih ditingkatkan lagi. Jumlah doktor dan guru besar yang relatif masih kecil untuk ukuran lembaga sebesar ULM (saat ini prosentase dosen yang bergelar doktor  30% dan guru besar 4%). Langkah-langkah yang telah dilakukan pada periode 2014-2018 dengan program percepatan guru besar sudah cukup baik, namun masih belum mampu mendongkrak jumlah guru besar dengan siginifikan. Seperti jamak diketahui, hambatan terbesar seorang dosen lektor kepala untuk menjadi seorang guru besar adalah pada publikasi dalam jurnal internasional bereputasi. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya tambahan untuk menghilangkan bottleneck tersebut, misalnya hibah penelitian khusus untuk lektor kepala bergelar doktor dengan luaran wajib publikasi pada jurnal internasional bereputasi sehingga bisa untuk memenuhi salah satu syarat pengusulan guru besar.

ULM patut bersyukur bahwa tahun 2018 ini sebanyak 12 gedung megah bantuan dari Islamic Development Bank (IDB) telah resmi berdiri dan siap digunakan. Keberadaan fasilitas-fasilitas modern tersebut semoga dapat membawa ULM melayakkan diri menjadi universitas kelas dunia.  Jangan sampai kemegahan gedung ULM senilai lebih dari 500 Milyar tersebut menjadi sia-sia karena tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas. Jika boleh mengadopsi slogan dari salah satu restoran cepat saji terkemuka asal Amerika “quality is our recipe”, maka untuk menjadi terkemuka dan berdaya saing, maka budaya mutu harus menjadi resep utama dalam setiap pola pikir, pola sikap, dan pola perilaku seluruh sitivas akademika ULM. Akhir kata, selamat bekerja dan mengemban amanah untuk rektor dan para wakil rektor yang baru. Empat tahun bukan waktu yang panjang untuk mampu melompat lebih tinggi. Semoga!

Telah dimuat di Banjarmasin Post edisi Kamis, 27 Desember 2018

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *