Sunardi

Catatan seorang dosen biasa…

Sunardi
Catatan

Apakah S3 di Jepang susah? (1)

bamboo

Ada yang bilang sekolah S3 di Jepang mudah, bahkan sebelum kami berangkat ada yang menyeletuk, “Ah, S3 di Jepang itu mudah, baru turun dari pesawat ijasahnya sudah siap!” Hmm…pernyataan yang menarik bagi kami yang sedang akan berangkat sekolah beberapa tahun yang lalu. Kenyataannya memang demikian, asal yang bersangkutan memenuhi beberapa persyaratan, yaitu: fokus, kerja dan menulis dengan kontinyu dan ter-schedule dengan baik, dan menuruti apa kata pembimbing selain satu point penting yang kadang berkaitan dengan nasib, bisa memenuhi persyaratan publikasi seawal mungkin agar tenang. Kalau tidak maka bisa jadi ijasah tak pernah diperoleh…atau mungkin harus lebih lama dari waktu yang ditentukan dengan konsekuensi menanggung biaya hidup lebih dari 10 juta rupiah per bulan. Tulisan ini mungkin akan bersambung, karena dtulis  ketika ada waktu sela dari kerjaan lab dalam rangka mengumpul sisa data yang berserak, mengingat waktu tinggal yang sisa 1 bulan. Alhamdulillah, meskipun sangat mepet akhirnya lulus tepat waktu juga karena paper syarat lulus baru accepted diakhir masa batas waktu, jadi ketika menulis disertasi sebenarnya masih sangat deg-degan karena belum tentu bisa ujian karena prasyarat publikasi internasional belum terpenuhi. Di Jepang, aturan tertulis adalah aturan, tak ada celah negosiasi…Dan sebagai mahasiswa dengan kemampuan pas-pasan maka deg-degan adalah suatu keniscayaan.

Jika dibandingkan dengan di Australia, Eropa maupun Amerika, bagi yang suka riset kuliah di Jepang memang mengasyikkan karena hampir tidak ada teori, datang langsung riset selama hampir 3 tahun. Apakah lagi bagi yang sudah cukup lanjut dan sulit belajar dan menghafal, Jepang adalah tujuan yang mungkin paling pas untuk sekolah, tapi dengan catatan harus mau under pressure selama kuliah, dan selama itu seolah kita tidak punya dunia lain selain laboratorium dan tak ada beban pikiran lain selain riset dan paper. Kalaupun sempat main dan posting foto-foto wisata, maka ketahuliah bahwa sering kali otak masih mikir progress report dan backpack tetap berisi jurnal. Jadi kalau selama kuliah masih bisa berburu pokemon saya akui memang luar biasa…Lha wong ada teman yang sebelum kuliah ke Jepang adalah seorang humoris tiba-tiba selera humornya hilang setelah 3 bulan kuliah…dan sebagian rambut langsung berganti uban… Jadi 3 tahun kuliah adalah memang waktu yang sangat luar biasa eh menyiksa sebenarnya…Jadi siapkan diri dan mental sebelum memutuskan ke Jepang.

Bersambung

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *