Sunardi

Catatan seorang dosen biasa…

Sunardi
Catatan

Menyusuri Selatan Tokyo (1) Daibutsu

daibutsu1

Minggu-minggu terakhir di Jepang bertepatan dengan hari-hari terakhir masa aktif tiket 18 kippu (juhachikippu), tiket murah kemana saja pakai JR seharga 2.370 yen. Akhirnya pilihan jatuh ke Kamakura, bagian Selatan Tokyo yang bisa ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam dari Utsunomiya eki. Jika memakai tiket normal maka harus mengeluarkan sekitar 6.000 yen pulang pergi, jadi dengan tiket 18kippu lumayan hemat, asal waktu pulang dan pergi adalah hari yang sama.

Kesepakatan sebelumnya akan mengejar kereta Shonan-Shinjuku Line yang berangkat jam 06.53 dan langsung ke Kamakura tanpa ganti kereta, tetapi apa daya anak lanang berkeras membereskan mainan dulu sebelum berangkat sehingga akhirnya ketinggalan kereta kurang dari 2 menit. Pilihan tercepat ikut Utsunomiya Line yang berangkat jam 07.00 (selisih 7 menit) namun dengan konsekuensi ganti kereta di Totsuka. Kereta api Jepang memang hampir tak pernah tidak tepat waktu, bahkan dalam hitungan menit. Setelah melesati Ueno, Tokyo, Kawasaki, dan Yokohama perjalanan ke Selatan transit di Totsuka, stasiun kecil sebelum Kamakura untuk menumpang kereta Shonan-Shinjuku yang berangkat lebih dahulu tadi. Pemandangan di kereta selama tiga jam cukup mengherankan dan membuat termenung, memang sudah minim cerita beberapa tahun lalu tentang buku, hampir semua penumpang juga asyik dengan gadget-nya. Bahkan serombongan keluarga yang terdiri dari pasangan suami istri dan dua anak serta menantunya pun ramai sekali main game di kereta.

Sampai Kamakura tujuan pertama adalah Hasse untuk melihat Patung Budha duduk terbesar kedua di Jepang yang melegenda, Daibutsu. Untuk menghemat karena rencana ada beberapa tujuan jalan-jalan maka kami membeli tiket Enoshima Electric Railways pass seharga 700 yen untuk menggunakan kereta lokal ke penjuru Kamakura seharian.

map1

Menyusuri Kamakura seolah menyusuri Kyoto kecil, suasana tempoe doeloe-nya terasa sekali dengan dipenuhi lokasi kuil, Budha, dan tempat berdoa. Dari stasiun Hasse berjalan sekitar sepuluh menit kami sampai di gerbang Daibutsu. Ada larangan membawa tongkat selfie dan main pokemon go di area dalam patung Budha. Memang semenjak wabah pokemon go, hampir di setiap tempat wisata di Jepang penuh dengan orang yang berwisata namun pandangan fokus di gadget mereka dengan penampakan layar peta dan bola putih merah tersebut. Mirip film-film kartun tentang alien yang berjalan seolah robot. Dengan membayar 200 yen kami dapat tiket untuk masuk area patung Budha dan jika mau masuk ke badan Budha membayar sendiri 20 yen per orang. Patung Daibutsu setinggi 13,5 meter yang dibangun pertama kali sekitar tahun 1200 masehi memang bersejarah, telah beberapa kali runtuh karena gempa kemudian berdiri tegak kembali. Selain tempat wisata bagi orang asing, Daibutsu juga masih menjadi tempat berdoa bagi umat Budha. Ciri khasnya adalah adanya tempat air untuk membersihkan diri seperti halnya berwudlu bagi orang Islam, tetapi tentu saja dengan cara yang berbeda.

tiket counter

Tiket

gate

map

water

daibutsu2

souvenir shop

Selain patung Daibutsu, di sekitar bangunan tertata rapi beberapa poster yang berisi sejarah pembangunan patung tersebut. Ada pula taman kecil yang rindang di bagian belakang patung dan toko souvenir khas Jepang di pintu masuk dan di samping patung. Satu jam cukup untuk mengitari keseluruhan bagian Daibutsu, untuk selanjutnya perjalanan ke kuil Hasedera dan pantai serta pulau Enoshima Island sekitar 23 menit dari Hasse Eki, dengan tiket Enoshima pass seharga 700 yen tadi.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *