Antusiasme Ibu-Ibu KWT Sosial Permai Banjarbaru saat Belajar Ecoprint

Pagi itu, cuaca sangat bersahabat untuk melakukan aktvitas, tidak terlalu terik. Begitu pula bagi ibu-ibu KWT (Kelompok Wanita Tani), sudah siap sedia melakukan agenda baru di hari itu. Di sebuah rumah salah seorang warga yang merupakan ketua KWT sosial permai Sungai Ulin Kota Banjarbaru, dari kejauhan tampak 2 orang sedang menyiapkan kudapan untuk kegiatan pengenalan sekaligus pelatihan pembuatan kerajinan ecoprint.

Kegiatan ini merupakan salah satu program pengabdian dosen wajib mengabdi (PDWA) program studi kimia Unversitas Lambung Mangkurat dalam rangka pemanfaatan bunga telang dan tanaman lainnya sebagai pewarna alami maupun pemberi motif pada ecoprint, yang kemudian akan dikembangkan menjadi produk yang bernilai jual.

Istilah yang satuini masih sangat asing bagi mereka, karena di Kalimantan Selatan, khususnya di Banjarbaru masih sangat jarang pengembangan produk terkait ecoprint. Oleh karena itu, sebelum ke praktek pembuatan, Kholifatu Rosyidah S.Si., M.Si salah satu dosen dari tim PDWA memberikan penjelasan singkat terkait ecoprint tersebut. Beberapa dosen Universitas Lambung Mangkurat yang terlibat dalam kegiatan ini adalah Bapak Prof. Dr. Abdullah, Ibu Radna Nurmasari, S.Si., M.Si., dan Ibu Maria Dewi Astuti, S.Si., M.Si.

Tim dosen PDWA ULM sedang menjelaskan tentang ecoprint

Ecoprint ini berasal dari kata ‘eco’ yang berarti ekosistem atau lingkungan dan ‘print’ yang artinya mencetak. Sehingga dapat kita katakan bahwa ecoprint ini adalah teknik mencetak produk kerajinan yang sumbernya dari alam atau lingkungan” tuturnya, Kamis (07/07/22).

Sesuaidengan namanya, ecoprint,  tentu saja ia menggunakan bahan alam sebagai bahan utama dalam pembuatannya. Pengaplikasiannya bisa di kain atau media yang terbuat dari serat alam. Misalnya katun, sutera, dan blacu. Namun juga tak menutup kemungkinan juga bisa di apklikasikan pada kain non serat alam. Produk yang dihasilkan nanti dapat dijadikan macam-macam, bisa dibuat baju, celana, topi, jilbab, totebag, tas, sepatu, dan sebagainya.

Pada pertemuan tersebut, ibu-ibu KWT dikenalkan dengan teknik yang paling sederhana dulu yaitu teknik pounding (pukul). Pada prakteknya nanti, tanaman yang digunakan diletakkan di atas kain untuk dipukul menggunakan palu khusus agar memunculkan motif dan warnanya. Dengan kata lain, bagian tanaman (daun maupun bunga) akan dicetak ke permukaan kain dengan cara dipukul-pukul hingga zat warna daun atau bunganya menempel ke kain. Terlihat sekelompok mereka memperhatikan dengan seksama.

Setelah diberi penjelasan dan arahan, tim PDWA mempersilahkan ibu-ibu KWT untuk mencoba mengaplikasikan sendiri. Terlihat mereka sangat antusias untuk melakukannya. Dengan cepat mereka mengambil alat dan bahan yang telah disediakan dan sudah dilakukan treatment sebelumnya. “Treatment tersebut berupa pencucian dan mordanting pada kain menggunakan tawas dengan perbandingan 100 gram tawas untuk 3 liter air. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan zat pengotor dan meningkatkan proses penarikan warna”, Ungkap Kholifatu kembali.

 Sambil bercanda ria, mereka memukul kain bersama-sama dengan aneka jenis tanaman yang ada. Terlihat raut wajah mereka sangat senang dengan kegiiatan pembuatan ecoprint hari itu. Jiwa kreativitasnya turut dimunculkan untuk memperolah motif ecoprint yang estetik.

“Mudah aja ya ternyata, nanti saya mau bikin lagi di rumah. Kebetulan banyak kain yang menganggur”, Ujar salah satu ibu KWT.

Dokumentasi simulasi pembuatan ecoprint oleh ibu-ibu KWT Sosial Permai Kota Banjarbaru.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *