Simpang Siur Sanitizer dan Disinfektan

Selain masker yang sempat (dan masih) langka, salah satu barang yang juga jadi sulit untuk ditemukan di pasaran adalah: hand sanitizer. Dan begitu hand sanitizer sulit untuk ditemukan, orang lalu mencari alternatif. Maka lanjutannya, alkohol 70% yang menghilang dari pasaran. Diikuti dengan Dettol. Dan lalu, akhir-akhir ini, muncullah berbagai anjuran dan selebaran tentang bagaimana membuat hand-sanitizer sendiri dari bahan-bahan yang ada di rumah. Dan sebenernya bagus sih. Sayangnya, lama kelamaan resep-resep pembuatan hand sanitizer itu jadi semakin…tidak rasional.

Saya rasa, banyak mahasiswa Farmasi dan Kimia yang pengen ngelempar buku teks dan laporan praktikum mereka ke sejumlah so-called selebgram slash influencer yang bikin video tentang cara membuat hand sanitizer, terus takarannya asal jadi, dan diaduknya pake spatula yang buat bikin kue. Like… what?

Fakta: beberapa bahan sehari-hari yang ada di rumah bisa digunakan sebagai larutan disinfektan karena dapat membunuh kuman

Nah, yang jadi masalah, resep yang beredar dan bagaimana cara menggunakannya itu sebenernya malah bisa berbahaya.

Salah satu hal yang paling penting untuk diingat: Mencuci tangan dengan sabun tetap merupakan cara PALING EFEKTIF untuk membunuh kuman.

Menyemprotkan hand sanitizer ke tangan memang salah satu langkah preventif yang bisa kita lakukan, tapi tetap tidak bisa menggantikan cuci tangan dengan sabun.

Kemudian yang orang juga sering salah kaprah, larutan disinfektan untuk membersihkan permukaan itu bukan untuk digunakan sebagai hand sanitizer. Kita memang bisa pakai ramuan dari pemutih pakaian untuk membersihkan permukaan benda, tapi ya jangan disemprotkan ke tangan, apalagi ke seluruh badan. Sejumlah bahan yang digunakan untuk mendisinfeksi itu malah sebenarnya bisa menyebabkan iritasi pada kulit.

Dan ini nih, satu lagi yang paling penting kalau memang mau membuat sendiri larutan disinfektan: jangan asal campur!

Saya berasa mau ngunyah gelas takar waktu liat salah satu resep yang menganjurkan untuk mencampur Bayclin, pembersih lantai dan karbol dalam air untuk membuat larutan disinfekatan yang disemprotkan ke badan.

Salah satu bahan yang sering digunakan untuk membuat disinfektan adalah pemutih pakaian (dan yang paling sering ada ya yang merek Bayclin, atau SoKlin Pemutih). Iya, bener, ini bisa digunakan untuk sebagai bahan untuk membuat larutan disinfektan. Kenapa? Coba deh dlihat labelnya. Bahan aktif yang ada dalam pemutih, biasanya adalah NaClO (yang ada di pasaran biasanya kandungan NaClO nya 5,25%. Nah, yang berfungsi sebagai disinfektan dalam senyawa ini adalah bagian OCl- nya (namanya hipoklorit, terus dalam air juga dia bisa menjadi HOCl atau asam hipoklorit). Hipoklorit dan asam hipoklorit ini disebut juga klorin bebas, dan klorin bebas memang digunakan sebagai disinfektan.

Lalu, apakah pemutih pakaian yang dijual ini bisa digunakan sebagai larutan disinfektan? Bisa. Tapi jangan langsung asal tuang. Takaran yang cukup aman adalah satu sendok teh pemutih pakaian dilarutkan ke dalam satu liter air. Airnya kalo bisa air suhu ruang ya, jangan yang baru mendidih atau yang baru keluar dari kulkas. Dan pakainya ya larutan pemutih yang memang isinya hanya NaClO saja (silakan cek label untuk melihat apa saja isi kandungan produk pemutihnya). Nggak usah yang pake aroma segala macem, aroma mint, lemon, apalagi aroma kenangan lama. Kemudian, pastikan semua peralatan yang digunakan benar-benar bersih. Misalnya kita pengen memasukkan larutan disinfektan yang kita buat tadi ke dalam botol, masukkan dulu sejumlah kecil larutan disinfektan ini ke dalam botol yang akan kita gunakan. Tutup, kemudian kocok sampai seluruh permukaan bagian dalam dari botol terkena larutan. Kosongkan botol kita, baru diisi dengan larutan yang sudah kita buat tadi.

Untuk pemakaian, jangan disemprotkan ke tangan atau ke badan. Semprotkan ke permukaan yang ingin dibersihkan, tunggu sekitar 2 menit, baru diseka pakai lap basah. Pastikan saat menggunakan larutan ini, sirkulasi udara di sekitar kita bagus.

Beberapa resep soal pembuatan larutan disinfektan dari pemutih ini menyebutkan mesti dicampur lagi dengan bahan lainnya. JANGAN.

Klorin itu sangat reaktif. Kalau dicampur lagi dengan bahan lain, yang ada justru dia bereaksi dengan bahan tersebut, dan malah mengurangi efektifitasnya untuk membunuh kuman. Apalagi kalau dicampur dengan bahan pembersih lain. Sejumlah bahan pembersih mengandung amonia, yang kalo ketemu sama pemutih, justru menghasilkan uap kloramin yang berbahaya kalau terhirup. Mencampur pemutih dengan bahan lain yang mengandung asam (misalnya dicampur dengan asam cuka) juga malah bisa menghasilkan gas Cl2 yang berbahaya.

Jadi intinya sih, jangan mencampur pemutih dengan bahan lain. Capisce?

Kalau misalnya tidak suka dengan bau pemutih (atau mungkin punya kenangan tertentu dengan pemutih, seperti saya yang selama 3 tahun lebih ngelab pake klorin), salah satu bahan lain yang bisa digunakan juga adalah hidrogen peroksida (H2O2). Hidrogen peroksida ini, kalau untuk produk yang dijual sehari-hari biasanya ada dalam penghilang noda untuk pakaian berwarna. Coba deh perhatikan label dari larutan penghilang noda (yak, betul sodara-sodara, PENTING sekali untuk mengecek label yang menyebutkan kandungan dari setiap barang yang kita beli). Biasanya produk penghilang noda yang dijual di pasaran mengandung H2O2 dengan kandungan 5%. Untuk digunakan sebagai larutan disinfektan, biasanya H2O2 dengan konsentrasi 3% sudah cukup. Jadi bikinnya gimana dengan cairan pembersih yang kita beli tadi?

Sekali lagi, cek label, berapa kandungan H2O2 yang ada di dalamnya. Kalau bisa, sekali lagi, pakai produk yang isinya hanya H2O2 saja. Kalau isinya memang 5%, maka untuk membuat 100 mL larutan disinfektan, campurkan 60 mL cairan pembersih tadi dengan 40 mL air.

Cara memakainya sama seperti cara memakai larutan disinfektan dari pemutih tadi ya. Untuk membersihkan permukaan benda, bukan untuk disemprotkan ke tangan atau ke badan. Memang sih kalau H2O2 ini, kalau konsentrasinya masih 3% seperti yang kita encerkan tadi, dia tidak terlalu menimbulkan iritasi seperti pemutih. Bahkan ada beberapa artikel yang menyarankan penggunaan peroksida pada konsentrasi rendah untuk membersihkan luka. Tapi ya kalo bisa hindari kontak terlalu sering dengan kulit, apalagi kalau kulit kita sensitif. Mending jangan deh, apalagi banyak kasus dimana kontak antara kulit dengan peroksida bisa menimbulkan peradangan pada kulit.

Yang paling aman soal disinfektan ini, ya yang bersumber dari institusi yang memang resmi dan terpercaya. Jangan cuma berdasarkan pesan WhatsApp yang sudah diforward berkali-kali, atau status FB, atau dari video TikTok atau InstaStory nya para selebgram yang nggak jelas. Bahkan kalaupun sumbernya menyebutkan bahwa si larutan disinfektan ini sudah diteliti secara ilmiah, dan menyodorkan jurnal ilmiahnya, still, take it with a grain of salt. Meskipun sudah terbukti membunuh kuman, apakah jurnal tersebut sudah menyatakan bahwa si disinfektan aman untuk digunakan pada bagian tubuh, atau hanya untuk permukaan benda saja? Apakah di disnfektan ini perlu kondisi khusus supaya bisa bekerja secara efektif? Just… be careful in reading the information.

Anyway, stay safe and take care, people 🙂

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *