lecture

BLENDED LEARNING untuk Mahasiswa Teknik Pertambangan


Kehidupan Anak Teknik, khususnya mahasiswa Teknik Pertambangan sangat dekat dengan ‘hidup di lapangan”. Bahkan dari semester awal mereka kuliah, mahasiswa telah dikenalkan dengan dunia lapangan. Praktek Lapangan, Kunjungan Lapangan, Studi Ekskursi, Kerja Praktek dan Tugas Akhir adalah sederet aktivitas wajib bagi mahasiswa yang kuliah di Program Studi Teknik Pertambangan. Dengan adanya berbagai aktivitas wajib tersebut, terkadang terjadi ‘tabrakan’ antara kuliah dengan kegiatan lapangan.

Yang kemudian menjadi kendala adalah karena biasanya lokasi industri pertambangan (lokasi mahasiswa melaksanakan kegiatan lapangan) berada di di tempat yang berbeda dengan lokasi kampus. Mereka harus keluar kota / kabupaten bahkan keluar propinsi, dan tak jarang mereka harus berada di luar Pulau Kalimantan. Hal ini tentu saja tidak memungkinkan mahasiswa mengikuti tatap muka perkuliahan. Selain jarak antara kampus dengan lapangan yang jauh (remote), adanya pembatasan ijin keluar masuk perusahaan (restricted area) juga menjadi kendala. Selain itu dengan alasan safety dan kesinambungan operasi produksi di perusahaan juga membuat Kepala Teknik Tambang harus selektif dalam memberikan dispensasi / ijin.

Kondisi di atas mengakibatkan mahasiswa yang mengikuti kegiatan di lapangan hampir dapat dipastikan tidak bisa mengikuti tatap muka perkuliahan. Hal ini tentu saja menyebabkan mahasiswa dalam posisi yang sangat sulit; bila mengikuti tatap muka perkuliahan artinya tidak bisa ke lapangan, atau bila melaksanakan kegiatan di lapangan, maka harus ‘bolos’ kuliah.

Metode Blended Learning adalah metode pembelajaran yang menggunakan penggabungan antara tatap muka (classroom) dengan model pembelajaran berbasis online (e-learning – Pembelajaran berbasis TIK). Namun harus dipahami bahwa TIK ‘hanya’ berperan sebagai alat bantu (media penghubung), bukan sebagai subyek utama dalam pembelajaran dan proses transfer ilmu pengetahuan dari dosen kepada mahasiswa.

Menyesuaikan kondisi dan infrastruktur kampus serta ‘keakraban’ civitas academica dengan TIK, secara garis besar pelaksanaan pembelajaran berbasis TIK yang dapat dijadikan diklasifikasikan dalam beberapa tahap. Di Tahap-tahap awal impelementasinya, Pembelajaran TIK dapat berperan sebagai pelengkap atau sebagai komplemen. Peranan ini kemudian dapat ditingkatkan hingga Pembelajaran TIK dapat menjalankan peran sebagai hybrid dan infuse.

Dalam kondisi di atas, pemanfaatan blended learning menjadi satu opsi alternatif yang menjanjikan. Karena dengan adanya blended learning tersebut, maka mahasiswa dapat melaksanakan kegiatan di lapangan dengan baik dan juga dapat mengikuti perkuliahan melalu pembelajaran jarak jauh.

Universitas Lambung Mangkurat sebagai salah satu perguruan tinggi negeri terkemuka dan berdayasaing di Indonesia juga tak henti-hentinya melakukan berbagai inovasi dalam blended learning ini. Dengan system infomasi andalannya, SIMARI, ULM mengembangkan elearning berbasis moodle untuk keperluan dosen dan mahasiswanya. Dengan demikian proses belajar mengajar, forum diskusi, mengumpul tugas dan mengikuti ujian dapat dilakukan dari mana saja. (nhk)

Tulisan ini dapat diakses di http://nurhakim.my.id dan http://staf.ulm.ac.id/nurhakim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *