Literasi untuk ULM Terkemuka dan Berdaya Saing

Literasi untuk ULM Terkemuka dan Berdaya Saing

   Kemajuan teknologi telah mengubah banyak hal, termasuk literasi. Generasi terdahulu harus menghadapi banyak kendala untuk menjalin hubungan dengan informasi. Saat seseorang ingin membaca buku maka secara fisik buku tersebut harus hadir. Masa-masa semacam ini sekarang tidak lagi menjadi opsi tunggal sebab banyak cara lain untuk membangun interaksi dengan sumber informasi. Transformasi buku konvensional ke buku digital adalah keniscayaan. Buku digital dalam berbagai format dan versinya pada hakikatnya adalah masa depan.

  Universitas Lambung Mangkurat atau populer disebut dengan ULM sebagai kampus yang memiliki visi terkemuka dan berdaya saing di bidang lingkungan lahan basah harus benar-benar serius mengelola tantangan ini menjadi sebuah peluang. Aspek terkemuka harus dibuktikan dengan berbagai cara dan upaya agar tidak menguap menjadi slogan semata. Bicara soal literasi maka daya literer yang terkemuka harus dipahami sebagai gol bersama. Sebab tercapainya hal ini akan memberikan dampak luar biasa bagi banyak aspek lain.

  Selama ini sering titik masalah dibebankan kepada mahasiswa. Memang nyatanya level literasi mahasiswa masih belum optimal. Namun, hal ini jangan menjadi sebuah pembenaran hingga akhirnya lupa bahwa universitas juga memiliki kewajiban untuk menyediakan sarana prasarana demi terciptanya iklim literasi ideal. Level literasi sedikit banyaknya berkorelasi dengan tersedianya sumber daya untuk mendukung terciptanya kemampuan literasi yang baik.

  Langkah kongkrit dalam membangun literasi ideal di lingkungan ULM layak menjadi prioritas. Di satu sisi gedung baru perpustakaan tingkat universitas secara fisik telah rampung. Di sisi lain bangunan yang sifatnya non-fisik juga harus mulai ditata dan disiapkan. Apakah gedung baru akan dibarengi dengan manajemen dan pengembangan aplikasi perpustakaan yang baru? Sehingga mengubah wajah lama perpustakaan universitas menjadi lebih menarik. Hal ini patut untuk ditunggu.

  Saat ini jika menengok laman UPT Perpustakaan ULM maka yang terpampang masih terbatas pada identitas buku koleksi, belum menjamah ranah penyediaan peminjaman berbasis daring dalam bentuk e-pub, pdf, bahkan audio book. Hal ini penting sebab kehadiran koneksi internet menghapus batas ruang dan waktu. Mahasiswa tidak harus datang jika ingin berinteraksi dengan buku. Jika meningkatkan kualitas e-library berhasil dilakukan. Rasanya predikat tekemuka dalam hal pelayanan literasi berbasis daring dapat ULM klaim setidaknya dalam tingkat regional Kalimantan. Perpustakaan kampus sebagai basis tumbuh kembang literasi kelimuan yang sifatnya akademik seharusnya tidak boleh kalah bersaing dengan penyedia buku digital yang dikelola pihak non-akademik.

  Digitalisasi koleksi adalah elemen lain yang juga harus mulai dilakukan. Buku-buku koleksi yang tidak berada dalam kondisi ideal karena kurang perhatian dan kurang perawatan masa pakainya akan berkurang drastis. Ribuan koleksi yang selama ini tersimpan rapi rasanya sayang jika tidak diwariskan ke genarasi mendatang. Hal ini perlu dipahami lebih luas sebab aspek digitaliasasi koleksi adalah kerja besar dengan tuntutan sumber daya yang juga besar. Sumber daya manusia, sumber dana, dan sumber kepastian kebijakan. Namun, komitmen menjadi yang tekemuka haruslah menjadi bahan bakar melakukan hal besar sekaligus benar semacam ini. Bagian ini haruslah dipahami serius sebab kampus-kampus terbaik di negeri ini telah lama memahami bahwa kualitas perpustakaan adalah cerminan kualitas kampus.

  Tuntutan untuk menjadi mahasiswa yang memiliki literasi ideal sah dilakukan jika institusi telah melunasi janjinya menyiapkan sarana dan prasarananya sesuai tuntutan zaman. Segala hal yang bersikeras bertahan dan menolak beradaptasi akan tergerus oleh perubahan itu sendiri. Bagian ini tentu harus ULM sadari sebagai sebuah peluang melejitkan diri. Di era serba daring semua informasi dapat menyebar luas tanpa batas. Kualitas institusi di dunia nyata juga bergantung pada kualitas di dunia maya. Branding diri lewat daring dapat memberikan efek lebih cepat dibanding beradu di dunia nyata.

  Bicara kualitas maka tingkat literasi adalah salah satu indikator utama penilaian khalayak. Masih lekat kiranya saat membaca hasil riset yang dirilis Central Connecticut State University (CCSU) pada tahun 2016. Daftar yang merangking negara berdasar tingkat literasi menempatkan Indonesia berada pada peringkat 60 dari 61 negara. Sebuah peringkat yang tidak menyenangkan. Tentu saja kenyataan ini harus dimaknai secara positif. Rasanya daftar tersebut cukup representatif mengingat pada kenyataannya memang tingkat kecakapan sebagian besar mahasiswa dalam memaknai dan melaksanakan kerja literasi juga belum ideal.

  Universitas Lambung Mangkurat dalam webometrics (Webometrics Ranking of Universities) tahun 2016 berada pada peringkat 93 dari 100 universitas. Webometrics mengurut rangking lewat riset gabungan antarindikator yang memperhitungkan baik volume maupun isi web, visibilitas dan dampak dari publikasi web sesuai dengan jumlah pranala luar yang diterima. Sederhananya daftar webometrics mengurut berdasarkan kualitas laman dan kunjungan. Jika sebuah kampus berada pada tingkat bawah artinya secara menyeluruh kualitas informasi termasuk layanan berbasis daring masih belum menarik para pengunjung. Bagaimana menaikkan peringkat webometrics? Jawabannya jelas bahwa wajah ULM di dunia maya termasuk laman dan layanan perpustakaanya harus dipermak total.

  Bayangkan berapa kunjungan yang akan datang otomatis dengan sendirinya saat laman ULM termasuk dan laman perpustakaannya menjadi tempat yang nyaman untuk berkunjung dan bermain-main dengan ribuan informasi. Ritual mengakses informasi lewat laman UPT perpustakaan menjadi sebuah wahana yang sayang dilewatkan bagi khalayak khususnya mahasiswa. Imbasnya ULM dapat berharap kepada para mahasiswa untuk dapat mengembangkan dirinya sendiri secara mandiri jika didukung oleh sarana prasarana yang baik. Tentu cukup sulit membuat mahasiswa melek informasi saat hal mendasar seperti koneksi yang tersedia belum cukup nyaman digunakan.

  Kerja-kerja di atas akan pelan-pelan mendongkrak level literasi yang memberikan efek besar bagi kehidupan kampus. Imbas akan tercipta situasi kondusif bagi berkembangnya keilmuan cepat atau lambat akan terasa. Berat untuk menciptakan iklim ilmiah semacam ini jika berita HOAX dan ujaran kebencian begitu mudah diterima olah kalangan akademisi. Hal ini adalah pertanda bahwa ada bagian literasi harus dibenahi. Menaikkan level literasi adalah tugas berat yang harus dipahami sebabai kewajiban seluruh civitas akademika.

  Literasi secara kongkrit adalah aspek yang dapat membantu mewujudkan sisi ‘terkemuka’ dan membangun ‘daya saing’ yang telah ULM canangkan. Berdaya saing adalah sebutan yang akan datang dan melekat dengan sendirinya saat kemampuan seluruh civitas khususnya mahasiswa dalam mengolah informasi secara cepat dan tepat telah tercapai. Beberapa hal dalam aspek literasi ULM telah tertinggal dibanding yang lain. Namun, bangunan sikap optimis tidak boleh runtuh. Jalan panjang proses mewujudkan level literasi yang ideal harus dimulai saat ini. Sebab sisi positif berada pada era yang serba cepat harus dimanfaatkan dengan tepat. Ketertinggalan dapat dikejar dengan cepat pula secepat ia meninggalkan kita. Secepatnya pula kita akan melihat ULM terkemuka dan berdaya saing menjadi kenyataan.

Comments are closed.